Pandangan Wakil Ketua ICMI Kota Serang Terkait Larangan Study Tour dan Wisuda Siswa Tahun 2024: Menyikapi dengan Bijak, Mencari Solusi yang Mendidik
![]() |
Indra Martha Rusmana, Wakil Ketua ICMI Kota Serang (Dok. Pribadi) |
Tahun 2024 menjadi momen refleksi bagi dunia pendidikan di Indonesia, setelah pemerintah Kota Serang mengeluarkan imbauan keras terkait larangan kegiatan study tour dan wisuda siswa yang dinilai berpotensi membebani orang tua secara ekonomi.
Kebijakan ini menimbulkan berbagai tanggapan, baik dari praktisi pendidikan, orang tua, maupun tokoh masyarakat. Salah satu pandangan yang menyejukkan datang dari Wakil Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Kota Serang, Indra Martha Rusmana, yang menilai bahwa larangan tersebut perlu disikapi secara arif dan proporsional.
Menurut Indra, study tour dan wisuda bukan sekadar kegiatan seremonial atau rekreasi, tetapi memiliki nilai-nilai edukatif dan emosional yang penting bagi perkembangan peserta didik. Study tour, misalnya, bisa menjadi media pembelajaran kontekstual yang mempertemukan siswa dengan realitas lapangan. Dengan pendekatan yang tepat, kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, memperkaya pengalaman, dan membangun keterampilan sosial siswa.
“Saya percaya bahwa belajar tidak selalu harus di dalam kelas. Study tour, jika dirancang dengan baik, dapat menjadi bagian dari pembelajaran yang menyenangkan, reflektif, dan penuh makna,” ujar Indra.
Sementara itu, mengenai pelarangan wisuda siswa di tingkat TK, SD, atau SMP yang dinilai terlalu mewah dan tidak sesuai esensinya, Wakil Ketua ICMI Kota Serang, Indra Martha Rusmana justru mendorong adanya transformasi bentuk kegiatan menjadi lebih edukatif dan sederhana.
Indra memahami bahwa wisuda sering kali menjadi momen penting bagi siswa dan orang tua, namun esensi penghargaan terhadap capaian belajar tidak harus diwujudkan dalam bentuk acara besar-besaran.
“Kita perlu memaknai kembali makna kelulusan. Bukan dengan kemegahan acara, tetapi dengan refleksi prestasi, motivasi melanjutkan pendidikan, dan penghargaan terhadap usaha anak. Mungkin bisa diganti dengan kegiatan ‘syukuran pendidikan’ yang lebih sederhana, bermakna, dan melibatkan nilai spiritualitas,” tutur Indra.
Indra juga menekankan pentingnya peran sekolah dan komite dalam menyusun alternatif kegiatan yang mendidik namun tetap terjangkau. Misalnya, mengganti study tour ke luar kota dengan kunjungan edukatif lokal yang tidak kalah menarik, atau membuat video dokumentasi perjalanan belajar siswa sebagai kenangan wisuda.
Lebih jauh, Wakil Ketua ICMI Kota Serang ini menekankan bahwa kebijakan pendidikan harus selalu berorientasi pada prinsip kebermanfaatan dan keadilan. Indra mengajak seluruh elemen pendidikan untuk bersinergi mencari solusi kreatif, bukan terjebak pada dikotomi antara “boleh atau tidak”, melainkan “bagaimana agar tetap bermakna dan tidak membebani.”
“Yang terpenting adalah nilai pendidikan itu tetap hadir dalam setiap kegiatan. Jika kemasan study tour dan wisuda mampu menyampaikan pesan nilai, pengalaman, dan inspirasi, maka mari kita ubah bentuknya, bukan menghapuskan maknanya,” pungkasnya.
Dengan pandangan ini, diharapkan para pendidik, orang tua, dan pemangku kebijakan dapat bersama-sama membangun budaya pendidikan yang bijak, inovatif, dan membumi. Sebab pada akhirnya, pendidikan yang baik bukanlah soal megahnya perayaan, tetapi tumbuhnya karakter dan semangat belajar yang berkelanjutan dalam diri setiap anak Indonesia.