Diduga Dikeroyok Oknum TNI, Pemuda Asal Kota Serang-Banten Kritis
SERANG, Kabarindo79.Com – Seorang pemuda asal Kota Serang terbaring koma selama beberapa hari terakhir, akibat dikeroyok oleh Orang Tak Dikenal (OTK). Diduga, OTK tersebut merupakan sekelompok oknum Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Informasi yang beredar, peristiwa tersebut terjadi pada Senin (14/4) malam di depan kantor Bjb Kota Serang.
Terungkap pula bahwa para pelaku pengeroyokan dalam melancarkan aksinya, diduga membawa senjata api (Senpi) dan senjata tajam (Sajam).
Saat ini, korban mengalami luka serius dan tidak sadarkan diri sejak dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banten.
Salah satu keluarga korban mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui kronologi lengkap peristiwa tersebut yang mengakibatkan kondisi kritis korban.
Terungkap pula bahwa para pelaku pengeroyokan dalam melancarkan aksinya, diduga membawa senjata api (Senpi) dan senjata tajam (Sajam).
Saat ini, korban mengalami luka serius dan tidak sadarkan diri sejak dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banten.
Salah satu keluarga korban mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui kronologi lengkap peristiwa tersebut yang mengakibatkan kondisi kritis korban.
“Mohon maaf untuk kronologi jelasnya saya tidak tau karena saya tidak di TKP. Untuk kondisi korban masih kritis,” katanya kepada Awak Media, Kamis (17/4).
Ia menjelaskan, sejak dibawa ke rumah sakit, korban masih belum sadarkan diri hingga saat ini.
“Dari tanggal 15 (Selasa) subuh sudah kritis atau tidak sadar pak,” tandasnya.
Terpisah, salah satu sahabat korban yang juga turut menjadi korban dalam peristiwa tersebut memaparkan bahwa saat peristiwa itu terjadi, korban sedang berkumpul bersama teman-temannya di depan Bank Banten yang bersampingan dengan Bjb.
Sebelum pengeroyokan terjadi, salah satu temannya yang menggunakan mobil Honda Jazz datang. Tak berselang lama, datang sebuah mobil yang berisikan empat orang berwajah emosi.
“Mereka mengejar kawan kami yang datang pakai mobil honda jazz, mereka (pelaku) datang mencari kawan kami itu, sedangkan dia (teman) tidak tau apa-apa,” kata J saat dihubungi Awak Media melalui panggilan telepon.
J sempat melerai dan mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, pelaku membentak dan tidak memberikan jawaban hanya meminta dia diam dan tidak ikut campur.
Tak lama kemudian, pelaku memberikan pukulan kepada salah satu teman korban dan akhirnya menimbulkan perkelahian.
“Kami semua berdiri untuk melerai. Tapi pelaku malah memukul tanpa menjawab upaya mediasi dari kami,” tegasnya.
J menerangkan, korban berjumlah 10 orang termasuk wanita yang saat itu ikut berkumpul dan tak luput dari pukulan pelaku.
Di saat perkelahian terjadi, datang teman pelaku menggunakan motor yang diduga merupakan kendaraan dinas TNI.
Bahkan, J merasa dirinya ditodong oleh senjata api di bagian ulu hati dan korban lain sempat melihat pelaku membawa senjata tajam.
“Saya saat terjadi dipukuli itu merasa ditodong senjata api, ada juga yang melihat senjata tajam berjenis sangkur,” terangnya.
J sempat melarikan diri, namun ia memutuskan untuk kembali ke lokasi untuk membantu teman-temannya.
Nahas, salah satu korban yang kini kritis di RSUD Banten tergeletak karena dipukuli dengan membabibuta.
“Saya melihat korban yang saat ini kritis itu dipukuli oleh tiga orang. Satu di bagian kepala, satu di bagian perut dan satu lagi di bagian kaki,” ujanya.
“Bahkan pada saat kami hendak menolong dan membawa korban yang sudah tampak sekarat, kami sempat dihadang oleh para pelaku,” lanjutnya.
Korban akhirnya dibawa oleh teman-temannya menuju Rumah Sakit Sari Asih untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Namun, karena kondisi parah dan pembuluh darah korban pecah, korban harus mendapatkan penanganan operasi.
Dikarenakan korban dan keluarga tidak sanggup membayar biaya perawatan senilai Rp100 juta, korban akhirnya dialihkan ke RSUD Banten.
Kondisi korban sangat memprihatinkan, bahkan telah di diagnosa memiliki harapan kesembuhan yang kecil.
Namun, hingga kini korban belum mendapatkan perawatan operasi karena terhambat keterbatasan biaya dan sedang diupayakan proses bantuan.
“Korban BPJS-nya sudah tidak aktif, sekarang saja diagnosa dari dokter sangat kecil, harapan korban hidup hanya 5 persen. Kami menunggu keajaiban sang penguasa (tuhan) untuk menyelamatkan korban,” ucapnya.
Ia berharap, proses laporan yang dilakukan oleh keluarga korban dapat diusut hingga tuntas agar pelaku bisa mendapatkan hukuman setimpal.
“Ini berbicara soal nyawa yang tidak bisa dibayar oleh apapun, tidak bisa diganti oleh nyawa,” tandasnya.
(*/red)